Dalam perjalanan silaturrahim dari Provinsi Kalimantan Timur ke Bungkukan Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan sungguh sangat berkesan, maklum selama kami menikah pada tahun 1986, kami belum sempat bersilaturrahim bersama sanak saudara mertua yang berada di Bungkukan. Pada kesempatan tahun ini tepatnya September tahun 2010, kami ajak saudara-saudara kami sejumlah 19 orang untuk bersilaturrahim dan berziarah kemakam kakek dan nenek yang berada di Bungkukan dan Simpang Batulicin.
Catatan perjalanan silaturrahim ini sengaja kami buat agar dapat diingat oleh anak-anak kami tercinta dan saudara-saudara kami yang bermukim jauh dari kami, kami berusaha berbagi cerita dan semoga tulisan kami yang masih jauh dari sempurna ini dapat menambah inspirasi buat saudara-saudara kami yang cinta Indonesia, semoga tulisan kami ini dapat bermanfaat buat semua pihak.
Kami berangkat dari Samarinda sekitar jam 04.00 dini hari, dengan dua buah mobil, kami sengaja lewat km.38 Bukit Bengkirai menuju Petung karena kami menghindari antrian panjang di Ferry Kota Balikpapan. Sesampai di Petung kami istirahat melepaskan penat dan bersilaturrahim dengan keluarga yang bertempat tinggal di Petung.
Sebelumnya kami memang belum pernah ke Bungkukan Kabupaten Kota Baru apalagi lewat Tanah Grogot, biasanya kami bepergian ke Banjarmasin naik Bus dan tidak sampai ke Bungkukan, karena perjalanan dari Banjarmasin menuju Bungkukan memakan waktu kurang lebih 5 jam. Selama bersilaturrahim di Petung, kami diberitahukan bahwa jalan yang lebih dekat menuju Bungkukan adalah lewat Tanah Grogot. Kami coba mengikuti saran keluarga di Petung, kami menelusuri jalan Tanah Grogot, Pasir belengkong menuju Petangis dan Kerang Dayo, sungguh perjalanan yang sangat meyenangkan, kedua mobil kami melenggang karena harus menghindari banyak lubang jalanan dari petangis menuju Kerang Dayo, andaikan jalan penghubung ini mulus seperti jalan di Tanah Grogot, mungkin perjalanan ini tidak terasa lama.
Setelah melewati Daerah Kerang Dayo dan masuk Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, jalan yang kami lalui sangat mulus, datar membuat kecepatan ke dua mobil kami meningkat.
Sungguh pemandangan yang indah, deretan gunung batu kapur terlihat sangat menakjubkan bersama lubang gua-gua kecil pada dindingnya terlihat dari kejauhan. Kami beristirahat melepaskan penat di tepi jalan di daerah Sengayam sambil menikmati indahnya Alam.
Menurut cerita masyarakat setempat, Bungkukan salah satu daerah awal gerakan revolusi yang digerakkan oleh Hasan Basri dan H. Damanhuri, beliau masuk ke Bungkukan menyusuri jalan setapak dari daerah Hulu Sungai menempuh perjalanan sekitar tiga hari hingga empat hari dengan jalan kaki, namun jika malam tiba beliau harus menginap di rmah penduduk yang ditemui ketika senja dan pada keesokan harinya baru beliau melanjutkan kembali perjalanannya.
Bungkukan sebagai awal pergerakan revolusi dapat kita lihat dengan adanya TUGU REVOLUSI yang berdiri di simpang tiga Bungkukan, karena di tempat inilah terjadinya awal gerakan revolusi melawan polisi perintis Belanda.
Tugu Revolusi Bungkukan berada diseberang mesjid Bungkukan, tugu revolusi ini didirikan sebagai tanda bahwa di sinilah permulaan perlawanan terhadap penjajah, awal pergerakan revolusi yang di pimpin oleh Hasan Basri dan H. Damanhuri, kedua orang ini pertama kali datang ke Bungkukan untuk menghimpun para pemuda-pemuda pemberani yang berada di Bungkukan, pertama kali tiba di Bungkukan beliau berdua menginap di rumah salah seorang warga penyadap aren (pembuat gula aren) yang mempunyai anak laki-laki bernama Basyir, namun ke esokan harinya datanglah sekelompok pemuda pemberani kerumah Basyir tersebut sambil berteriak-teriak mau membunuh Basyir. Pada saat itulah Hasan Basri dan H. Damanhuri menasehati para pemuda pemberani tersebut yang akhirnya menjadi anak buah beliau untuk membunuh para polisi perintis Belanda di Bungkukan.
Dalam pertempuran melawan polisi perintis Belanda tersebut Hasan Basri hanya menggunakan sebilah parang kecil yang dipinjam dari warga Bungkukan, dalam setiap pertempuran Hasan Basri selalu mengikat kepala beliau dengan handuk kecil.
Rumah Umar di Batang Belimbing Hasan Basri dan H. Damanhuri sering menginap, karena rumah beliau jauh dari jalan, di belakang rumah beliau ada kebun sahang (lada/merica), disebelah kebun ini terdapat gua, di gua inilah tempat para pejuang bersembunyi atau menyusun rencana penyerangan.
Di Batang Belimbing terdapat dua buah gua untuk persembunyian para pejuang, di belakang mesjid lama Bungkukan yang sekarang tinggal kuburan muslimin, tidak jauh dengan di sebelah kebun karet terdapat sebuah gunung batu kapur yaitu Gunung Cermin, setelah selesai penyerangan para pejuang bersembunyi di gua Gunung Cermin ini. Sekitar 2 km dari Gunung Cermin terdapat sebuah gua yang biasa digunakan untuk menyusun rencana, sekarang gua tersebut di beri nama oleh warga dengan nama GUA REVOLUSI.
TUGU REVOLUSI di BUNGKUKAN KABUPATEN KOTA BARU
DERETAN GUNUNG BATU KAPUR ANTARA SANGAYAM DAN MAGALAU
Bersenda gurau bersama Pengurus Mesjid Bungkukan, beliau hafal Al-Qur'an, kami kenal dengan beliau pada waktu beliau masih di Kalimantan Timur, sekarang beliau sudah kembali dan menetap di kampung halaman (Bungkukan Kabupaten Kota Baru).
Bukti pernah berdiri Mesjid Bungkukan di jaman Revolusi, peninggalan kolam mesjid yang belum pernah di renovasi, sekarang menjadi lokasi kuburan muslimin, dulu kuburan muslimin ini terletak di belakang mesjid, sekarang mesjid tersebut sudah hancur, hanya tinggal kenangan.
Kuburan UMAR di Batang Belimbing, Hasan Basri dan H. Damanhuri pernah menginap di rumah beliau pada awal pergerakan revolusi di Bungkukan, bahkan beliau pernah membantu memotong rambut Hasan Basri pada saat itu.
inilah sepenggal catatan silaturrahim ke kampung halaman sang mertua, di Bungkukan inilah beliau lahir, menikah dan setelah mempunyai 6 orang anak beliau merantau mencari nafkah ke Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, kamipun sudah mengetahui dimana rumah beliau dikala masih kanak-kanak, beliau suka berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain, semoga sepenggal catatan ini dapat diketahui oleh anak-anak kami, sanak saudara kami yang jauh dan rekan-rekan kami yang ingin mengetahuinya.