Silaturrahim ini dapat kulaksanakan di bulan Nopember 2011, karena kesibukanku yang menumpuk dan pekerjaanku dapat terselesaikan di akhir September 2011. Padahal rencana semula silaturrahim ini kulakukan lebaran idul fitri 2011 yang lalu.
Saat ibuku tercinta dinikahi oleh ayah tiriku, sekarang adik tiriku berjumlah Sembilan orang, berarti anak ibuku semuanya berjumlah sepuluh orang, karena aku cuma seorang diri terlahir kedunia ini yang lain ayah.
Ayah tiriku sangat baik padaku, sejak aku kecil kebaikannya tidak pernah berubah hingga kini aku telah mulai menginjak usia lima puluh tahun.
Aku dibesarkan oleh kakak ibuku sejak usia satu bulan, karena anak kakak ibuku satu-satunya telah meninggal dunia sebelum aku di asuh oleh kakak ibuku.
Adik ku tercinta sedang termenung sendiri di teras rumah ibuku, aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan, dia datang dari Banjar Baru mengendarai sepeda motor bersama istri dan dua orang anak laki-lakinya, mungkin dia kecapekan atau mungkin juga sedang ada yang ditunggu atau mungkin ada yang dipikirkan. Atau mungkin juga karena dia baru sembuh dari penyakitnya, dia dilahirkan pada bulan ramadhan tahunnya aku sudah lupa. Termenung bersandar dengan sebatang rokok ditangan, biarlah dia asyik dengan renungannya, karena setelah juhur dia akan ikut mengantarkan salah seorang keponakan kami yang akan menikah.
Antaran jujuran adalah bentuk tradisi adat banjar urang tua bahari, walaupun antaran jujuran ini tidak seperti urang tua bahari, namun paling tidak kami masih menjaga tradisi urang tua bahari saat melakukan antaran jujuran sebelum melangsungkan pernikahan. Saat ini kami lakukan antaran jujuran sekalian melangsungkan pernikahan, walaupun sebenarnya antaran jujuran urang tua bahari di iringi berbalas pantun namun kali ini kami tidak lakukan itu, karena memang yang ahli pantun sedang tidak ada ditempat, kalau mau pantun mengaradau sebenarnya bisa aja tapi kan tidak etis.
Yang unik pada barang antaran jujuran ini adalah anak pohon pisang digantungi duit kertas, maksudnya akupun tidak tahu, mungkin saja banyak makna yang tersirat dalam acara antaran jujuran ini.
Cukup lumayan jauhnya perjalanan antaran jujuran ini, dari rumah keponakanku di Kayu Tangi membawa antaran jujuran ke Pamangkih sebelah Gambut yang dilewati adalah banjar raya, tri sakti dan basirih, baru sesampainya di Pamangkih ditempuh dengan jalan kaki sekitar delapan ratus meter, karena mobil yang kami gunakan tidak dapat masuk menuju rumah mempelai perempuannya ini desebabkan jalan adalah merupakan galangan persawahan sekitar satu meter lima puluh senti saja, yang bikin capek bukan karena jauhnya tapi karena jalanan yang kami lalui pada macet merayappun susah.
Sekitar jam tiga sore acara pernikahanpun dilangsungkan, sementara antaran jujuran diserahkan oleh para wanita dirumah sebelah, jadi acara ini berlangsung di dua rumah, rumah yang satu untuk acara antaran jujuran dan rumah yang satu lagi acara pernikahan.
Kebetulan persawahan belum pada tanam padi, karena masih dalam tahap pembersihan dan menunggu hujan turun baru tanam padi, udara disini memang bersih karena disekeliling rumah mempelai perempuan adalah lahan persawahan yang luas.
Setelah acara pernikahan selesai, bersandinglah kedua mempelai “ selamat menempuh hidup baru” asyik lho…………….
Keesokan pagi kami jalan santai dipinggir sungai Martapura, airnya yang mengalir deras masih seperti pada waktu kecilku, sekarang bisa dinikmati indahnya sungai Martapura dengan jembatan pasar lamanya sebagai pelengkap dokumentasi perjalananku di Banjarmasin.
Duta Mall tempat perbelanjaan di Kota Banjarmasin tidak jauh tempatnya dari Rumah Sakit Ulin Banjarmasin. ku sempatkan untuk sekedar jalan-jalan kesana dimalam hari, sebenarnya Duta Mall tidak jauh dari rumah ibuku, karena kakiku terasa nyeri maka kuputuskan untuk naik becak aja.
Salah seorang cucu adikku dengan bapaknya, Dia masih takut jika melihat orang baru seperti aku, sedangkan cucu adikku yang satu ini memang tidak pernah merasa takut, coba perhatikan dia sedang berfose ………………….hehehehehehe.
Isteriku tercinta sedang duduk diruang tamu orang tua ku, giginya yang putih menghias bibirnya saat tersenyum.
Dalam perjalanan pulang ke Samarinda Kalimantan Timur aku masih sempat menikmati indahnya mesjid Martapura dari bus yang aku tumpangi, karena suasana sore itu cukup cerah.
Aku tak pernah merasa kecewa terhadap semua adik-adikku, mereka semua adalah adik-adikku yang sangat kusayangi, walaupun aku telah jauh di kampung sebelah, namun hatiku tetap selalu sayang kepada mereka semua.
Silaturrahim bersama ayah, ibu dan adik-adikku semua kulakukan karena rasa sayangku pada semuanya, semoga Allah selalu memberikan RidhoNYA kepada kita semua, Amin………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar