Seperti biasanya sebagian adat tradisi orang banjar mengenang dua puluh lima hari meninggalnya saudara ataupun kerabat, begitu juga yang dilakukan oleh mertuaku........padahal ini hanyalah tradisi saja, bukan salah satu kewajiban, namun kenapa harus tetap dilakukan, akupun selalu bertanya-tanya dalam hati, mau tidak hadir pada acara tersebut ntar dibilang menantu tak tahu diri, sok ini...sok itu...maklumlah kalau sudah sama orang tua selalu aja salah...........atau mungkin juga salah yach.........ach biar ajalah, yg penting tidak membuat sang mertua dan keluarganya kecewa.
Mengawah adalah kebiasaan orang-orang banjar jika akan mengadakan suatu acara, acara kawinan maupun acara-acara lainnya, namun itu masih banyak dilakukan di kampung-kampung karena halaman sekitar rumah masih luas, sekarang sudah banyak catering-catering yang menjamur jadi kegiatan mengawah ini sudah tidak dilakukan lagi............
Biasanya memasak nasi maupun lauknya menggunakan kawah yang besar, karena tidak ada kawah yg besar saat ini kami lakukan dengan kawah yang kecil.
Kawah dengan air yang dididihkan terlebih dahulu............
Setelah mendidih, baru beras yang sudah dicuci dimasukkan ke dalam kawah, ada dua macam pekerjaan memasak nasi di kawah, pertama sebagian orang memasak nasi hingga masak dan yang kedua ada yang melakukan tidak sampai masak kemudian di lanjutkan memasaknya di dalam sablukan (dandang).
Sedangkan untuk memasak lauknya, juga dilakukan dalam kawah, baik itu menasak daging sapi, daging kambing, ayam.
Asyik juga lho kalau kita langsung kerjain sendiri..........hehehehehe
Nasi yang sudah setengah masak ini dilanjutkan memasak pada sablukan(dandang).
Yang berikut ini adalah memasak nasi dalam kawah hingga masak
Memadar......kawah ditutup dengan daun pisang, biasanya kerak nasinya banyak lho.........
Demikianlah sekelumit ceritaku tentang memasak nasi dalam kawah............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar